profilku

profilku
Esok lebih baik daripada hari ini

Kamis, 12 Februari 2009

Onggy Hianata: Kalau Saya Bisa, Anda Juga Bisa

TARAKAN, Kalimantan Timur, pertengahan tahun 1974. Onggy, masa itu umurnya belum genap 12 tahun, terlibat perkelahian dengan warga setempat, teman main, serta rekan satu kelas di sekolah dasar dan juga satu kampung. Dia menang. Akan tetapi, yang sangat mengejutkan, sambil menangis, lawannya berteriak, "Kau pulang saja ke Hongkong sana, pulang…."<>

"Akhirnya saya tahu. Karena saya keturunan China, rekan tadi menyuruh saya pulang ke negara leluhur, Hongkong." Onggy merasa perlu mengungkapkan ini untuk menunjukkan, "… ternyata banyak persepsi keliru masih bertebaran dalam masyarakat, sebagaimana umpatan rekan tersebut. Hal itu dikarenakan keturunan China dipastikan berasal dari Hongkong, sedangkan saya lahir di Tarakan, makan mandi di tepi sungai, dan enggak bisa ngomong bahasa Mandarin satu kata pun...."

Di manakah awal kericuhannya?

Menurut Onggy, "… akibat pendidikan kurang, wawasan terbatas, maka kesalahan mudah terjadi, terutama menimpa generasi tua dari kedua belah pihak pada masa lalu. Kami yang warga keturunan dijejali nasihat, pribumi malas, sulit dipercaya, dan sebagainya. Sementara di sisi lain, orang China dikatakan serakah, mendewakan uang, dan lain-lainnya. Sikap sapu bersih semacam ini jelas keliru. Manusia terdiri dari pribadi, bisa mencerna pengalaman dan memahami kebenaran. Mereka bukan robot yang selalu sama dan sejenis." Tentang bekas lawannya, Onggy melukiskan, "Sekarang kami sudah lebih dari saudara. Setiap pulang kampung selalu bertemu dan sama-sama geli menertawakan kebodohan masa kecil…."

KEBODOHAN memang bencana yang harus diatasi. Sebagaimana kemiskinan yang sejak kecil menimpa Onggy. "Saya anak nomor delapan dari sembilan bersaudara. Ayah saya pegawai toko kelontong." Meskipun demikian, dia sangat bangga kepada Ong Tjoi Moy, ayahnya. "Sebelum meninggal (tahun 1981), Papah mengumpulkan semua anaknya, mewariskan pesan, jaga nama baik dan integritas."

Kedua pesan tersebut langsung menjadi kenyataan. "Ketika upacara penguburan, pelayat yang datang mengiringi jenazahnya melimpah ruah sampai ke tepi liang kubur. Seminggu sebelumnya, seorang cukong paling kaya dan banyak catatan kriminalnya juga meninggal dunia di Tarakan. Yang mengantar ke kuburan tidak lebih dari 20 orang, semua keluarga dekat. "Ini membuktikan, menanam kebaikan akan dipanen semasa kematian, begitu juga sebaliknya."

Nama baik dan integritas menjadi andalan Onggy ketika pada tahun 1983 ia merantau ke Surabaya untuk mengikuti pendidikan tinggi bahasa. Di sela-sela waktu kuliah, dia mencari uang untuk biaya hidup. "Aneka pekerjaan pernah saya jalani, mulai dari pedagang keliling buku sampai membikin kerupuk ubi, mulai dari berjualan lotre Porkas hingga berjualan jagung bakar di depan kampus, serta ikut bisnis pemasaran jaringan (multilevel marketing)."

Bisnisnya selalu jatuh bangun, tidak lestari akibat situasi dan kondisi sering berubah. Sebagai juragan kerupuk ubi, misalnya, ketika pesanan kerupuk ubi sudah mulai banyak, ia ditipu rekannya. Sewaktu Porkas ramai, mendadak kebijakan berubah. "Porkas berhenti, saya kembali bangkrut…," katanya.

Sekalipun jatuh bangun, Onggy tetap maju dengan berusaha menjaga nama baik dan integritas. "Maka, peluang selalu terbuka sebab kedua pesan warisan Papah merupakan modal tak ternilai. Dalam dunia bisnis kepercayaan adalah nomor satu. Sekali Anda menipu, selamanya semua pintu tertutup sekaligus menutup kesempatan." Pedoman lain yang dia petik dari pengalamannya yang jatuh bangun adalah "forgive and forget, maafkan dan lupakan. Perjalanan hidup masih panjang, kalau selalu mengenang kegagalan, bagaimana berani menempuh masa depan?

TEKAD ini pula yang dia bawa ke Jakarta awal Januari 1998. Praktis tanpa bekal karena ia baru saja mengalami kebangkrutan. Bahkan, ia harus membawa istri (Chandra Dewi, asal Bali, yang dinikahinya tahun 1995) berikut bayi merah berumur satu bulan, Rich Onggy Jr.

"Orang China kuno percaya hoki, keberuntungan. Akan tetapi, saya yakin, bukan hoki yang menjadikan seseorang sukses, melainkan bagaimana kecermatan dalam menekuni peluang." Keyakinan tersebut harus dipupuk dengan catatan nama baik yang akan dijadikan pegangan oleh orang luar untuk menilai integritas kita. Pada diri Onggy, dalam situasi terpuruk di Jakarta, seorang bekas seniornya (up line) pada bisnis jaringan menghubunginya. Dari Swedia orang itu menawarkan peluang bisnis, yaitu berjualan koin emas.

"Pemasaran, meski konsepnya bagus, tanpa dukungan integritas dan bonafiditas pribadi tidak bakal jalan." Yakin kalau track record-nya selama ini tidak mengecewakan, Onggy dengan bersemangat kembali membangun bisnis pemasaran jaringan *********. Setelah tiga tahun di sana, pada dua tahun terakhir dengan jaringan 60.000 orang tersebar di 36 negara, Onggy berhasil meraih penghargaan top leader dengan penghasilan terbesar di dunia. Keberuntungannya telah bertolak belakang dengan ketika dia pertama kali ke Jakarta, empat tahun lalu, di tengah kebangkrutan.

"Impian semasa di kampung hampir semuanya kini sudah bisa saya raih. Menjadi kaya bukan kejahatan, asal dilakukan dengan jalan lurus, tidak menipu dan tidak menodai nama baik kita, sebagaimana pesan ayah." Selain masih tetap ikut bisnis jaringan, Onggy juga mengembangkan usaha pribadi di bidang pendidikan, Edunet International. "Saya ingat kata-kata Robert Kiyosaki, lebih baik hidup dengan punya pilihan. Bisa memilih pekerjaan, bukan dengan harus selalu bekerja. Maka, kalau saya sedang ingin bekerja, bekerja. Kalau enggan, tinggal di rumah, mengasuh anak dan istri." Kini keluarga muda tersebut sudah ditambah gadis kecil, Birdie Filadelfia.

KISAH suksesnya dalam bisnis pemasaran jaringan menjadikan Onggy sering diundang berceramah. Tidak hanya ke kota-kota di Indonesia, tetapi juga ke sejumlah negara tetangga. "Sesudah semakin menghayati, saya kemudian membuka usaha baru, dalam bidang pendidikan, sebagai motivator. Kalau saya bisa kaya, orang lain juga pasti bisa mencapainya"

Menurut keyakinan Onggy, peluang bisnis akan selalu ada. "Selain itu, setiap orang selalu punya potensi dan talenta. Sayangnya, kebanyakan kita sering tidak sadar dan bahkan melalaikannya."

Sebagai motivator laris dan berbicara dalam berbagai seminar, dia selalu menunjuk pada pengalaman pahit masa lalunya. Onggy Hianata berkata, "Sayangnya, banyak orang punya mindset (pola pikir) salah, dampaknya justru kontra produktif terhadap diri sendiri. Gagal adalah sebuah hal biasa. Namun, dari setiap kegagalan, minimal ada pelajaran berharga yang dapat dipetik, yaitu petunjuk menuju sebuah keberhasilan. Kalau saya bisa, mengapa Anda tak bersedia mengubah mindset dan ikut serta meraih sukses?"(Julius Pour)

Tidak ada komentar: